Sunday, May 22, 2011

And the play continues

Did anybody notice that several months ago, there was a huge street performance across the Arab nation? Millions of viewers across the globe watched this street performance every single day. The beauty of this street performance was printed out in our daily newspapers and showed on TV broadcasts. It was probably the biggest live show that history has ever seen.

Yes, you can call it a demonstration. Many theories about the Arab revolution have been discussed from various scholars, let alone the politicians who were using the show as a stepping stone to gain support from their own people. Not forgetting preachers in the mosques, the churches and the self proclaimed anarchists. Call it what ever you want, you are free to decide but, as for me that was the most magnificent live performance I’ve ever seen.

No, I am not going to talk about who should lead those countries, what is next, who is next, bla bla bla. I don’t care what Mubarak is doing now, nor Ben Ali or whoever. They are history. The people have spoken and it is time for us to give a big round of applause for the actors and actresses, for the greatest show ever. Khalas.

But let us travel some time back when Blackberry was just a dream and the Iphone was something only Zeus could explain.

30 years ago, the same scenario was here in this town. 30 years ago, before there was Facebook and Twitter, an army general whom I could define as an older version of Mubarak, brought down the same play. Now, 30 years after the similar burlesque, thousands of kilometers away from here, a new developed street performance has been made and it is a success just like it was in 1980.

30 years ago, a young man named, Sun Tae Song was one of the ‘actors’ in that street performance. The young lad was 25 years old when he learnt to ‘dance’ and ‘run’ on the street. He was not a student of performing arts for sure, but Song, who studied at Chonnam University, was among the first to ignite the spirit of May uprising. Now at 55 years of age, he can only remember how triumphant it was.

However, that play was not like any other series on TV. Everything was real. The tears, the blood, the sweat, the hunger and the dead were all real. Nothing was fake and no one came back alive after they were shot. Song lost 6 of his close friends during the ‘opera’ and he himself has been sent to jail four times.

Recalling the incident, the grey haired man said, “I do not know how I am still alive. All I can think back then was, I will surely die, hit by a bullet by an unknown soldier from my own race. Sometimes I do ask my self, how did I survive”.

Now 30 years after the uprising, he sees himself on the streets of Tahrir Square. He knows the feeling, he knows how hard it was to keep on performing for the people’s sake and he knows how bereaved he was when he knew that his comrades were no longer by his side and that he had to continue their roles.

All the young people on the street in Tahrir Square and Tunisia played the same role as Song and his friends did 30 years ago. The colour of the blood was the same as it was 30 years ago, the heat and the sweat were still the same as it is today. They also share one common goal, a common goal created 30 years ago; that is to crack down the regime and to give freedom to the people.

Although Song and the young people in Egypt and Tunisia have never met each other nor can they speak to one another, the spirit and belief that lies inside their hearts is true and sincere. No one taught them how to act on the street, no one showed them how to run and to avoid sprayed bullets and for sure, there was no director to howl ‘cut’ each time a member fell on the ground bleeding.

This one-of-a-kind ‘street performance’ is not an urban legend. This street play is so strong that it can change almost everything. Not only that, there are thousands of performers willing to do anything to cause change. Perhaps the Oscar Award should be given to them for being the bravest actors and actresses the whole world has ever seen.

The fight for freedom and peace will not stop even though many have died. The struggle for a better future will not halt. No matter how huge the army sent, no matter how advance the weapons used, it is still not enough to stop the people. Mubarak, Ben Ali and Chun Doo Hwan are now history, changed by the people who preformed on the street and the street is where it all begins.

In celebrating the anniversary of the people’s uprising in Gwangju, let us again salute those who have sacrificed their lives for us. Let us honor the people of Gwangju, let us praise the people of Egypt and let us bow to the people who believe in freedom. The street performance will continue to roll as long as the people are united to act.

“Where there is oppression there’s resistance, where there is a regime, there’s the people”

Friday, May 20, 2011

Adakah ini satu konspirasi?

Sebelum kalian membaca apa yang ingin aku sampaikan, ingin aku beritahu, ini adalah teori. Teori yang aku terfikir setelah melihat dan merasai sendiri sepanjang tempoh 10 tahun kebelakangan ini.

Sejak akhir akhir ini hangat diperhebohkan dengan cerita adegan salahlaku salah seorang ahli politik. Tidak perlu aku kupas. Sudah basi, busuk dan tidak lagi laku di dada akhbar. Melainkan berita utusan meloya dan seangkatan dengan nya. Ianya jelas, tidak perlu diselindung lagi.

Timbul sesudah itu, cerita sang penyimbah asid. Cerita ini seram menakutkan seperti cerita hantu kumkum sewaktu aku sedang bersekolah rendah. Pada waktu itu kanak kanak seusia dgn aku tidak berani utk tidor seorang, macam macam cerita dari macam macam rupa manusia. Akhir nya senyap tidak lagi heboh.

Berbalik kepada cerita asal. Cerita penyimbah asid. Cerita ini pada asalnya berlaku disekitar Kuala Lumpur. Jika tidak salah disekitar Wangsa Maju Setiawangsa. Lalu beberapa hari selepas cerita ini merebak pula ke Shah Alam. Tidak dapat tidak hal ini sememangnya mengerikan dan membawa ketakutan. Sewajarnya rakyat harus mengambil langkah berwaspada ini wajib.

Cuma, aku skeptikal. Aku yang juga pernah berkerja di meja jenayah, tidak dapat lari dari memikirkan motif sebenar kejadian ini. Kecewa dengan kekasihnya mungkin membuatkan makhluk ini berasa dendam dengan wanita. Atau si pelaku sudah ditipu oleh kekasih nya. Ini semua kemungkinan.

Dalam pada itu, negara juga dikejutkan dengan pelbagai cerita cerita kelakar. Jangan lupa pada kes jam tangan omega, sumpah laknat yang kini sudah jadi sumpah lahanat. Video yang polis sudah tahu pelakonnya tetapi enggan memberitahu alasan tiada asas, laporan kes altantuya sudah bocor (walaupon sudah lama isinya hangat)Kes kematian Sarbani dan tidak lain tidak bukan kes liwat Saiful yang secara tiba2, sang hakim berkata, saiful adalah saksi benar dan berwibawa.

2001, dunia dikejutkan dengan runtuhnya WTC. Amarika secara jelas mengatakan ini kerja (arwah) Bin Laden. Walhal perkara ini dinafikan sekerasnya dari rangkaian Al-Qaeda. Documentari dari anak muda di AS sendiri menunjukan wujudnya konspirasi. Ini semua adalah untuk memesongkan fikiran rakyat dunia dan AS. Memusingkan kepala rakyat dari melihat perkara sebenar.(Mahu menguasai Afghan supaya dapat melebarkan sayap imperialis, Iran, India, Pakistan yang dikatakan mempunyai senjata nuklear) Dalam pada itu Amarika mewujudkan slogan War on Terror dan secara jelas ianya satu propaganda untuk mengolah kata setuju dari semua negara.

Sememangnya cerita konspirasi ini bunyinya seperti tidak masok akal. Sanggup kah Bush mengorbankan ribuan nyawa rakyat semata mata ingin menyerang Afghanistan? Kedengaran seperti tidak masok akal. Takkanlah pula sistem jaringan CIA dan intaligansi Amarika tidak dapat mengesan pelan Bin Laden ini. Perlu diingatkan Pakistan adalah salah satu sarang CIA dan jutaan dollar telah habis untuk membeli warga Pakistan untuk belot dan menyalurkan maklumat tentang AlQaeda dan Taliban. Jadi tidak masok akal jika kapal terbang itu sewenang wenangnya melanggar WTC tanpa dapat dihidu oleh mukabarat CIA yang bersepah sepah di Pakistan dan Afghanistan.

Lalu cerita nya kembali kepada Malaysia. Teori konspirasi. Ingat kepada tragedi Sauk? Bagaimana bertan tan M16 boleh muat pada jeep pajero dan begitu mudah sekali jaringan Al Maunah ini menyelinap masuk ke kem tentara. Bayangkan, kumpulan sekecil ini dan memperbodohkan askar melayu diraja, tidak hairan jika pada saat ini jika agen zionist dari jaringan APCO sedang mengira ngira rentak dan langkah yang harus diambil. Bunyi sekali lagi seperti tidak masok akal. Benar bunyi nya tidak masok akal.

Soal pokoknya disini, adalah untuk mengekalkan tampuk kuasa. Itu yang paling penting tidak kira apa cara sekali pon. Termasok mengorbankan nyawa ribuan rakyat. Cuba kalian semua fikirkan, pada era regime Saddam Hussein, apa cara membunuh yang tidak dilakukan oleh nya. Menembak, mengebom, memancung dan menikam ratusan ribu nyawa puak kurdish dan syiah. TERMASUK MENGGUNAKAN GAS BERACUN. Segala apa usaha telah dilakukan oleh Saddam hanya untuk terus duduk di takhta negara Iraq. Ini diberitahu sendiri oleh rakyat Iraq kepada aku beberapa hari lepas. Saddam akan menggunakan segala apa yang ada didunia ini untuk kekal berkuasa.

Maaf jika aku meyimpang jauh, aku mahu memberi contoh bagaimana jauhnya sang penguasa sanggup bertindak apabila dirinya diancam.

Jadi, beberapa hari selepas cerita penyimbah asid ini muncul, muncul dikaca tv, rupa wajah suspek. Keluarlah gambarnya yang berkulit gelap mirip lelaki india. Jangan kita bohong kepada diri sendiri, dengan melihat warna kulit didalam gambar itu, secara automatik kita akan menganggap si pelaku itu berketurunan india. Kenapa tidak cina dan melayu? Jawapannya ada pada kalian.

Tidak dapat dinafikan, permainan api perkauman sudah mula muncul. Bermula dengan hak istimewa orang melayu, kepada betapa kurang ajarnya paderi yang mahu menumbangkan islam, betapa biadapnya si cina yang mahu menghapuskan ekonomi melayu kepada betapa kejamnya wajah si india dikaca tv yang dituduh menyimbah asid. Permainan ini telah dimainkan oleh Mubarak, telah dimainkan di China telah dimain di Amarika.

Konspirasi demi konspirasi dimainkan agar kita lupa akan hal sebenar. Hal bagaimana rapuhnya sistem ekonomi ketika ini, rapuhnya sistem kehakiman, lemahnya sistem penguatkuasa baik dari polis, sistem anti rasuah dan sistem ketulusan pilihanraya.

Teori aku mudah, sang penyimbah asid mungkin tidak akan ditangkap dan kes ini akan reda, dan jika si pelaku ini ditangkap, dia adalah seorang india. Dan minyak api perkauman akan menyala demi untuk sang pemerintah berkuasa dengan melakukan apa cara sekali pon.

Yang penting adalah rakyat tidak lupa pada perkara pokok iaitu mengubah dasar kerajaan kepada yang lebih telus dan pada masa yang sama berhati hati agar tidak menjadi mangsa konspirasi sang penyimbah asid.